Pariwisata dan Daerah Pedesaan di Prov Jambi - Media Online : www.duasatu.net

Kamis, 29 Mei 2025

Pariwisata dan Daerah Pedesaan di Prov Jambi


Oleh Thamrin B. Bachri

JAMBI,DUASATU.NET- Sebagian besar dari obyek wisata domestik dengan segala aktivitas yang dilakukan pada waktu luang umumnya dihubungkan dengan daerah pedesaan atau daerah luar kota. Jika daerah pedesaan di artikan sebagai daerah non-urban, maka di dalamnya tercakup hutan belantara selain daerah pertanian atau perladangan yang digarap dengan baik. Tetapi sejak pariwisata domestik terpusat pada negara-negara industri di seluruh dunia, serta daerah-daerah yang dibedakan oleh iklim atau pembagian
musim, maka artikel ini diarahkan pada daerah pedesaan.

Diprovinsi Jambi diperkirakan ada 1.414 desa dengan sekitar 80 desa wisata (Data BPS Prov Jambi, 2024) yang sudah diajukan kepada Kementerian Pariwisata untuk dikelompokan ke dalam Desa Wisata Rintisan, Desa Wisata Berkembang, dan Desa Wisata Maju.

Gubernur Jambi Dr. H. Al Haris, S.Sos., M.H. dalam setiap kegiatan Perjalanan Pejabat tidur di dusun (Pertisun) senantiasa menekankan dalam dialog nya dengan masyarakat di desa agar dapat mengoptimalkan seluruh potensi desa termasuk di bidang pertanian, perikanan, perkebunan termasuk pariwisata dan ekonomi kreatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Keadaan dan masalah umum daerah pedesaan. Selama bertahun-tahun belakangan ini terjadi perpindahan populasi yang tetap dari desa ke kota
(urbanisasi) dan juga pada waktu yang bersamaan produksi pertanian tidak mengalami penurunan. Kenyataan di beberapa negara di dunia, malahan terjadi peningkatan yang disebabkan oleh banyak faktor. Menurunnya jumlah pekerja di bidang pertanian diimbangi dengan perubahan yang radikal
di bidang teknologi pertanian khususnya mekanisasi, telah menghasilkan peningkatan produktivitas dari para petani/buruh sebagaimana yang telah dilakukan pengukuran bahwa telah terjadi peningkatan output per orangnya. Apa yang dialami oleh negara yang satu dengan negara lainnya memang berbeda, tetapi jika dilihat secara global, tingkat kehidupan masyarakat pedesaan
meningkat. Dengan adanya peningkatan dan perkembangan di bidang kendaraan bermotor, maka hal ini memudahkan untuk melakukan perjalanan bagi masyarakat pedesaan dari desa ke kota,
demikian pula bagi penduduk kota yang ingin pergi ke daerah pedesaan atau ke luar kota. 

Dilihat darisegi motorisasi, pada umumnya implikasi dari perkembangan ini adalah populasi pedesaan tidak
lagi dihidupi oleh sumber-sumber yang terdapat di desa. Ternah-ternak menyebar dari desa ke kota, kebutuhan-kebutuhan masyarakat desa
disalurkan dari pabrik-pabrik di kota, dan para penduduk desa berbelanja ke pusat-pusat perbelanjaan di kota yang terdekat.

Interaksi yang terjadi antara daerah pedesaan dan kota menjadi sangat kompleks, dan lama
kelamaan daerah pedesaan tergantung pada kota-kota untuk mendapatkan beberapa kebutuhannya. Pemberian jasa-jasa selain dari kebutuhan pokok lainnya sukar untuk disuplai ke desa-desa, seperti sarana pendidikan (sekolah), pelayanan-pelayanan kesehatan (klinik), bahan bakar (minyak), dan pelayanan pos, karena ini semuanya memerlukan biaya yang sangat besar.

Hal semacam inilah, antara lain yang menyebabkan urbanisasi, karena fasilitas-fasilitas tersebut umumnya berada di kota-kota. Urbanisasi bagi kaum muda terjadi karena mereka
membutuhkan pendidikan dan rekreasi di waktu luangnya dan urbanisasi bagi kaum tua terjadi karena mereka membutuhkan pelayanan-pelayanan sosial. 

Lama kelamaan daerah pedesaan
menjadi tempat yang tidak menyenangkan untuk didiami. Faktor individu yang kuat menyebabkan
hidup menjadi lebih sulit, misalnya tak seorang pun yang akan tinggal atau bekerja di desa, mereka yang bekerja di desa sangat sedikiti, mereka berdiam di kota, sekali-kali pulang seperlunya ke daerah pedesaan. Daerah pedesaan, pada dasarnya adalah penghasil bahan-bahan pangan dengan cara yang
tradisional, baik di bidang pertanian maupun peternakan yang semuanya adalah industri padat karya serta membutuhkan arena tanah yang luas. 

Gambaran seperti ini akan berubah dengan timbulnya sistem mekanisasi yang modern, baik dalam hal mengerjakan tanah maupun dalam hal peternakan seperti produksi telur, susu, daging sapi yang seluruhnya mungkin untuk diproses atau diproduksi
dalam jumlah besar dengan metoda-metoda mekanisasi yang tidak hanya lebih ekonomis dalam penggunaan buruh, tapi juga hanya memerlukan sedikit tanah. Bahkan proses penetasan telur yang menggunakan listrik bisa dilakukan di kota-kota besar.

Dari kenyataan yang telah dikemukakan di atas, maka terlihat bahwa tidak ada alasan bagi penduduk kota untuk pergi ke daerah pedesaan bila mereka tidak mempunyai keperluan. Maka secara singkat, “urbanisasi” dari sektor pertanian dapat kita bayangkan, seperti halnya peternakan dilakukan di kota. 

Demikian pula pertanian dan atau penggarap tanah, dilakukan oleh
petani-petani yang berasal dari kota. Dari proses yang kita lihat terdahulu, maka lama-kelamaan cara-cara yang tradisional beserta perkampungan-perkampungan yang terdapat di daerah pedesaan akan menghilang atau mungkin akan berubah menjadi suatu desa di mana berdiri bangunan-bangunan dengan arsitektur kota yang sama sekali berbeda dengan gaya tradisional yang pernah
ada.

Dibeberapa negara di dunia, daerah pedesaan bukan hanya sebagai daerah penghasil pangan, tapi juga merupakan daerah untuk berrekreasi. Penggunaan daerah pedesaan sebagai daerah wisata adalah penting. Bagi mereka yang sering mengisi waktu luangnya dengan aktivitas rekreasi terutama bagi para penduduk kota, mereka menganggap bahwa daerah luar kota adalah mutlak untuk dikunjungi meski pun itu hanya dengan mengendarai mobilnya untuk beberapa jam pergi ke luar kota untuk alasan rekreasi, memperoleh udara yang segar, kesehatan, melihat pemandangan alam dan alasan lainnya.

Bila daerah pedesaan sekarang menjadi lebih kosong akibat adanya urbanisasi atau sebaliknya keadaan desa yang sudah sama saja dengan di kota, maka atraksi-atraksi wisata apa saja
yang dapat ditawarkan kepada penduduk kota? Jelasnya, kita masih jauh daripada sebuah desa yang berupa gurun atau merupakan areal tanah bajakan yang berada di sekeliling kota. Tetapi pada kenyataannya kita sedang bergerak ke arah itu, pada akibat dari dampak-dampak teknologi dan segi-segi praktis lainnya.

Apakah yang akan terjadi dengan dikembangkannya pariwisata di suatu daerah pedesaan? Segala aktifitas yang berkaitan langsung dengan kegiatan-kegiatan di pedesaan seperti aktifitas jalan kaki, tanpa kendaraan, berpetualan dan sebagainya akan dipengaruhi oleh
kemudahan-kemudahan yang ada di daerah pedesaan tersebut, di mana masih ada unsur-unsur agraris, ini adalah salah satu manfaat yang jeas dapat segera terlihat.

Manfaat teoritis yang sering kita dengar seperti bertambahnya lapangan kerja serta pendapatan penduduk setempat terlalu dini untuk kita bahas di sini, mengingat perlunya pendekatan-pendekatan khusus di dalam pembuktiannya. Seandainya daerah pedesaan menjadi depopulasi baik seluruhnya maupun sebagian besar
saja, maka seluruh prasarana yang diperlukan, baik oleh kendaraan (alat transportasi) maupun oleh wisatawan itu sendiri seperti jalan raya, pompa bensin akan terbengkalai, baik dari segi
pemeliharaan dan pengoperasiannya. Kegiatan perjalanan wisata dalam arti sebenarnya menjadi tidak mungkin dilaksanakan. Masa tersebut masih jauh, tetapi penurunan-penurunan dari kualitas kehidupan di daerah pedesaan secara keseluruhan sudah dapat dirasakan sekarang.

Kebijaksanaan dan langkah langkah.
Dirancangnya beberapa tempat atau daerah pedesaan untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata yang benar-benar menarik, indah dan mempuyai spesifikasi tersendiri sering di ekspresikan pada dampak-dampak pariwisata yang berakibat di daerah pedesaan, sebenarnya perhatian harus juga ditekankan pada perubahan-perubahan yang terjadi di daerah pedesaan yang dampaknya dapat di rasakan oleh pariwisata. 

Menghadapi kenyataan yang di kemukakan terdahulu tentu secara lebih awal perlu di rakit kebijaksanaan-kebijaksanaan dan langkah-langkah yang ditujukan kepada usahausaha untuk mengatasi timbulnya urbanisasi dengan segala akibat yang terbawa olehnya seperti yang telah diuraikan terdahulu.

Di Indonesia, kebijaksanaan dan langkah-langkah tersebut yang secara garis besarnya akan diuraikan dalam tulisan ini, terutama yang relevansinya erat dengan pembangunan pedesaan. Secara geografis permasalahan desa di Indonesia dapat diketahui sebagai berikut:

Desa di pulau Jawa dan Bali pada umumnya berpenduduk padat, keadaan prasarana relatif lebih baik. Pertumbuhan penduduk yang terus menerus, sedangkan perluasan areal
pertanian tidak memungkinkan, telah menimbulkan gejala kemerosotan lingkungan hidup. Usaha peningkatan teknologi pertanian, serta menumbuhkan industri kecil dan rumah
tangga sangat diperlukan untuk menyerap tenaga kerja yang berlebihan di sektor pertanian.

Di desa-desa di luar Jawa dan Bali umumnya berpenduduk jarang, struktur pemerintahan, desanya masih perlu di tingkatkan. Pola pemukiman terpencar-pencar dan keadaan prasarana belum memadai. Di daerah ini masih terdapat kelompok penduduk yang hidup dari bercocok tanam dengan perpindah-pindah sehingga dapat merusak lingkungan hidup. Usaha peningkatan prasarana bagi pengembangan desa sangat diperlukan.

Desa-desa di wilayah perkotaan telag berkembang tanpa terkendali sebagai akibat derasnya arus penduduk. Berbagai masalah telah timbul seperti pembangunan air kotor, perumahan
di bawah standar dan lain-lain, yang memerlukan usaha perbaikan.
Selain masalah-masalah seperti tersebut di atas, masih ada masalah lain yang erat kaitannya dengan pembangunan desa, antara lain keadaan lingkungan desa yang meliputi perumahan, penyediaan air, kesehatan lingkungan serta penerangan yang belum selayaknya. 

Adanya pemuda yang putus sekolah dan adanya kelompok yang menganggur disebabkan tidak memiliki keterampilan
untuk mengolah potensi yang ada di desanya, kemudian meninggalkan desanya untuk mencari nafkah di kota.
Sehubungan dengan masalah di atas kebijaksanaan pembangunan desa diarahkan untuk mencapai tujuan jangka panjang yaitu meletakkan dasar-dasar pembangunan nasional yang sehat
dan kuat. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pokok-pokok pembangunan desa adalah antara lain bahwa pembangunan desa di laksanakan dalam imbangan yang serasi antara pemerintah dan masyarakat, sehingga pembangunan desa perlu menggerakan masyarakat desa untuk berpartisipasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil serta penilaian hasil-hasilnya. 

Kemudian pembangunan desa dikaitkan dengan pembangunan kota-kota kecil dan sedang, yang dapat mempengaruhi daerah sekitarnya baik sebagai pengumpul hasil dan penyalur kebutuhan pokok masyarakat, sehingga dengan demikian pembangunan desa merupakan bagian integral dari
pembangunan daerah. Sejalan dengan pokok-pokok kebijaksanaan tersebut, maka langkah-langkah yang diambil
antara lain adalah mengembangkan dan meningkatkan kegiatan usaha masyarakat secara terpadu di bidang pertanian, yang meliputi pertanian pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, serta bidang-bidang lainnya seperti industri kecil, kerajinan rakyat. Dalam rangka ini akan ditingkatkan
peranan generasi muda dan peranan wanita di desa-desa.

Penutup, Sebagai bagian penutup, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa saat ini pembangunan desa semakin diperhatikan dengan menempuh tata cara yang lebih terpadu, antara lain dengan tujuan untuk menggairahkan masyarakat untuk membangun dengan kemampuan dan kekuatannya sendiri
melalui peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat desa.

Program pembangunan desa akan diarahkan untuk menumbuhkan gerakan masyarakat untuk membangun desanya yang selanjutnya dikaitkan pengumpul dan penyalur hasil-hasil pertanian dan kebutuhan pokok lainnya yang sekaligus dapat mengurangi tekanan urbanisasi ke
kota-kota besar.

Bertitik tolak dari kebijaksanaan dan langkah-langkah pemerintah dalam masalah pembangunan desa tersebut, bagi perkembangan pariwisata di provinsi Jambi khususnya akan
membawa arti yang positif terutama dalam meningkatkan pertumbuhan wisatawan domestik, meningkatkan produk wisata aneka bidang minat (special interest), memperluas daerah tujuan wisata, dan sekaligus memantapkan citra Provinsi Jambi sebagai daerah tujuan wisata di tingkat
nasional maupun internasional.

Penulis:
Alumnus Dept. Hospitality & Tourism University of Wisconsin, USA.
Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI Periode 2002-2009.
Tenaga Ahli Gubernur Jambi.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda