TEBOJAMBI,DUASATU.NET- Penganugerahan gelar adat kepada 5 tokoh penting sebagai bentuk penghormatan dan tanggungjawab melestarikan kearifan budaya lokal dan adat istiadat oleh lembaga adat melayu (LAM) Jambi Kab Tebo disoal oleh salah satu warga Tebo.
Proses pemberian gelar adat nampak seperti seremonial belaka, yang di serahkan pada waktu itu memotong kerbau ternyata cuma kepalanya saja, itukan sudah salah," kata Hafizan Romi Faizal, Kamis 29 Agustus 2024.
Lebih jauh dikatakan Romi, adat tidak di lihat dari hasil tapi proses, bagaimana seseorang mendapat penghargaan. Kita ambil contoh sambung Romi, orang penganten disebut seorang Rajo nan sehari itu diperlihatkan karena harus pakai adat, harus di arak ada iringan kompangan dan pesilatnya yang antar tanda dan lainnya itu merupakan bagian proses.
Kesakralan adat harus ditampilkan, kalau adat itu hanya seperti pelantikan kepala dinas sementara adat istiadat adalah sebagai bentuk pemberian penghargaan ada proses panjang, jadi orang berpikiran ini cuma proyek saja, "imbuh Romi.
Seharusnya ujar Romi, yang meninggikan adat adalah orang adat itu sendiri apa lagi ada lembaganya, kalau prosesnya seperti itu bingung juga kita artinya orang adat sendiri yang mengangkangi proses pemberian gelar adat, itu yang di sayangkan, "tegasnya.
Tidak hadirnya penjabat (Pj) Bupati Tebo Varial Adhi Putra menurut saya sebagai masyarakat, melihat proses adat istiadat tersebut dianggap seperti seremonial, jadi tidak datang tidak apa-apa. " Tapi kalau ada arak-arakan, doa bersama dan segala macam mungkin lain lagi ceritanya.
Bahkan kata Romi jika tidak menghargai adat bisa didenda tapi karena prosesnya yang bermasalah jadi tidak yakin sendiri dengan adat yang dibuatnya.
"Saya rasa mereka itu harus introspeksi masing-masing dimana prosesnya yang salah, seperti tidak dianggap sakral seperti main-main,"pungkas Hafizan Romi Faizal. (ARD)