TEBOJAMBI,DUASATU.NET- Cadangan
beras pemerintah (CBP) yang dititipkan oleh pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tebo untuk tahun 2025 ke perusahaan umum (Perum) badan urusan logistik (Bulog) Bungo, meningkat dari 7 ton menjadi 14 ton,"ujar Kadis ketahanan pangan dan perikanan (DKPP) Kab Tebo melalui Kabid ketahanan pangan Dwi Setyaningsih, Kamis 15 Mei 2025.
Dwi menjelaskan, konsep CBP ada aturannya, bahwa setiap Kab/Prov sampai ke desa harus punya cadangan berupa beras. Secara hitung-hitungan idealnya setiap tahun harus punya 27 ton CBP, namun karena kemampuan keuangan daerah tahun ini kita cuma sanggup mengadakan 14 ton.
CBP tersebut kita simpan di Bulog yang tujuannya kalau nanti dibutuhkan dalam kondisi bencana alam, sosial dan rawan pangan baru di keluarkan," lanjutnya.
" Jadi CBP di keluarkan atau pelepasan dalam kondisi tertentu sesuai dengan aturan,"ungkap Dwi Setyaningsih.
"Penitipan CBP kita di Perum Bulog ada kesepakatan, apabila sewaktu-waktu di butuhkan mereka stanby stoknya.
Selain itu Dwi menyebutkan, untuk pengadaan CBP, Kab Tebo tidak terkena dampak efisiensi anggaran, kita bertahap dari tahun 2024 kemarin cuma dapat 7 ton, sekarang 14 ton, sudah ada peningkatan dari sebelumnya.
Kalau 27 ton CBP, itu hitungan idealnya namun tidak menjadi suatu kewajiban, karena kondisi bencana memang tidak di harapkan, dengan 7 ton dinilai cukup karena kalau cadangan pangan kita juga bisa minta ke Prov tau Pusat,"kata Dwi.
Selanjutnya Dwi menuturkan, untuk program bantuan pangan berupa beras dari badan pangan nasional (Bapanas) yang disalurkan melalui kantor pos dan giro untuk warga kurang mampu, tahun ini tidak ada, sudah di hentikan.
" Karena saat ini sambung Dwi sedang dalam proses untuk menyerap beras masyarakat, optimasi lahan produksi dalam daerah, kalau sudah mencukupi mungkin akan berubah peraturannya bisa jadi akan dapat lagi, karena itu untuk menjaga stabilitas harga sementara tahun lalu inflasi dan harga-harga kita stabil, itu pertimbangannya makanya bantuan pangan dari Bapanas tidak dikeluarkan lagi," ucapnya. (ARD)