Generasi emas atau cemas? - Media Online : www.duasatu.net

Rabu, 29 Mei 2024

Generasi emas atau cemas?

Oleh: Adib Al Furqon 

Generasi Emas 2045 Indonesia adalah visi ambisius yang dirancang untuk membawa Indonesia menjadi negara maju dan sejahtera pada tahun 2045, yang bertepatan dengan peringatan 100 tahun kemerdekaan negara. Visi ini tidak hanya sekadar merayakan tonggak sejarah, tetapi juga mengambil momentum dari bonus demografi yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030-an, di mana jumlah penduduk usia produktif mencapai titik tertinggi. Hal ini menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial, serta menghadapi tantangan global dengan sikap yang tangguh.

Tujuan utama dari Generasi Emas 2045 adalah menciptakan masyarakat yang sehat, cerdas, berkarakter kuat, dan mampu bersaing di panggung dunia. Untuk mencapai visi ini, Indonesia menempatkan fokus pada peningkatan kualitas dalam berbagai sektor, mulai dari pendidikan hingga infrastruktur. Pendidikan diarahkan untuk memberikan bekal yang memadai bagi generasi muda agar dapat bersaing secara global, dengan meningkatkan standar kurikulum, aksesibilitas pendidikan, dan kualitas pengajaran. Sementara itu, program kesehatan dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan, dengan memperkuat sistem kesehatan, mengurangi disparitas dalam akses pelayanan kesehatan, dan mendorong gaya hidup sehat.

Generasi Emas 2045 juga mencakup aspek-aspek lain yang penting untuk kemajuan bangsa, seperti pembangunan ekonomi yang inklusif, pengentasan kemiskinan, perlindungan lingkungan, dan penguatan tata kelola pemerintahan yang bersih dan transparan. Semua ini merupakan bagian integral dari upaya untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang dan
mewujudkan cita-cita besar bangsa Indonesia sebagai negara yang berdaulat, mandiri, dan berdaya saing global. Dengan komitmen dan kerja keras bersama, Generasi Emas 2045 bukan sekadar sebuah impian, tetapi sebuah arah yang jelas menuju kemajuan dan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Faktanya 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa kelompok usia produktif 15-24 tahun, atau Gen Z, mendominasi tingkat pengangguran di Indonesia. Data BPS per Agustus 2023 menunjukkan bahwa ada 9,9 juta penduduk berusia 15-24 tahun yang tidak memiliki kegiatan produktif. Tingginya tingkat pengangguran di kalangan Gen Z mengindikasikan adanya tantangan serius bagi generasi muda dalam memasuki dunia kerja. Salah satu faktor utama penyebabnya adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang diperoleh di lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja. Banyak lulusan yang kurang siap secara praktis untuk pekerjaan yang tersedia. Selain itu, minimnya pengalaman kerja juga menjadi kendala bagi Gen Z, karena banyak pemberi kerja lebih memilih calon karyawan yang sudah memiliki pengalaman. Situasi ini menekankan pentingnya peran pendidikan dan pelatihan keterampilan yang lebih relevan dan sesuai dengan tuntutan pasar kerja, serta upaya untuk memfasilitasi generasi muda dalam memperoleh pengalaman kerja yang diperlukan. 

Teman-teman generasi emas, saat kita mengamati realitas di sekitar kita, tidak dapat dipungkiri bahwa ada banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mencari pekerjaan dan membangun karier. Salah satu masalah utama yang kita hadapi adalah tingginya tingkat pengangguran di kalangan generasi muda. Meskipun pemerintah sering menyalahkan ketidaksesuaian antara kebutuhan industri dan keterampilan yang dimiliki oleh angkatan kerja baru sebagai penyebab utama, namun sejauh ini upaya mereka belum terbukti efektif.
Program-program besar dan beranggaran tinggi seperti program Prakerja seharusnya menjadi solusi bagi masalah pengangguran ini. Namun, kenyataannya, program ini belum mampu memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Banyak dari kita yang telah bergabung dalam program ini merasakan bahwa pelatihan yang diberikan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Lebih buruk lagi, ada dugaan penyalahgunaan dana dan kurangnya transparansi dalam pengelolaan program tersebut.

Kritik terhadap kegagalan program Prakerja hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan masalah. Pemerintah seharusnya tidak hanya fokus pada solusi instan atau program-program bombastis yang terkesan prestisius secara politis. Sebaliknya, mereka perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap strategi pembangunan ekonomi yang ada. Hal ini mencakup meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan keterampilan untuk memastikan bahwa generasi muda memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja.
Tidak hanya itu, pemerintah juga harus meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan program-program dan alokasi anggaran. Tanpa adanya tindakan nyata dan perubahan yang mendasar, kita akan terus berhadapan dengan tantangan pengangguran yang menghambat kemajuan dan kesejahteraan generasi emas Indonesia. Oleh karena itu, mari bersama-sama menuntut perubahan yang lebih baik dan memberikan suara kita untuk mendorong pemerintah bertindak lebih progresif dan efektif dalam menangani masalah ini.

Selain pemberian pelatihan, peningkatan program vokasi, dan perbaikan kurikulum di sektor pendidikan, penanganan masalah pengangguran generasi muda tidak cukup hanya dengan fokus pada upaya tersebut. Diperlukan pendekatan yang lebih holistik dan menyeluruh untuk mengatasi akar permasalahan yang lebih dalam.
Tanpa upaya serius untuk mengubah arah kebijakan, masalah pengangguran akan terus tumbuh menjadi bola salju yang menimbulkan persoalan yang semakin pelik di masa depan. Cita-cita Generasi Emas 2045, yang sering diumumkan oleh pemerintah, hanya akan menjadi jargon belaka jika tidak diiringi dengan tindakan konkret yang mengatasi tantangan nyata yang dihadapi oleh generasi muda saat ini.

Perlu diakui bahwa masalah pengangguran tidak hanya mempengaruhi kehidupan ekonomi individu, tetapi juga berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan. Jika tidak ditangani dengan serius, dampaknya dapat dirasakan dalam jangka panjang, seperti ketidakstabilan sosial, ketidaksetaraan ekonomi yang semakin besar, dan stagnasi pembangunan nasional.
Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah nyata dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah pengangguran generasi muda. Ini termasuk restrukturisasi kebijakan ekonomi yang memperhatikan kebutuhan pasar kerja, peningkatan investasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan, serta pemberdayaan sektor informal dalam ekonomi. Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam merancang dan melaksanakan program-program yang efektif untuk mengurangi tingkat pengangguran.
Jika tidak ada tindakan konkret yang diambil sekarang, cita-cita Generasi Emas 2045 hanya akan menjadi impian yang tidak terwujud. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menekan pemerintah untuk bertindak dengan sungguh-sungguh dan mengambil langkah-langkah nyata untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.
Dalam menghadapi tantangan pengangguran generasi muda, penting bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk bergerak dengan cepat dan efektif. Masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan yang sepotong-sepotong atau solusi instan. Diperlukan komitmen jangka panjang dan upaya kolaboratif yang melibatkan semua pihak terkait. Jika tidak ada tindakan yang diambil sekarang, kita berisiko menghadapi konsekuensi yang lebih serius di masa depan. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menekan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah konkret dan menyeluruh dalam mengatasi masalah pengangguran generasi muda, sehingga kita dapat memastikan bahwa cita-cita Generasi Emas 2045 bukan hanya menjadi jargon kosong, tetapi menjadi kenyataan yang kita wujudkan bersama. Jadi, sambil kita berjuang bersama melawan pengangguran, mari kita juga tetap menjaga humor dan mengingat bahwa tertawa adalah obat terbaik. Siapa tahu, mungkin dengan sedikit candaan, kita bisa menemukan solusi yang lebih brilian. (RMD)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda