LEBAKBANTEN,DUASATU.NET- Menteri koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan (PMK), Pratikno, berencana mendorong agar Repan, warga Baduy Dalam yang menjadi korban pembegalan, dapat memiliki kartu identitas.
Langkah ini menyusul dugaan penolakan rumah sakit yang dialami Repan saat hendak berobat karena tidak memiliki dokumen identitas.
“Kami bicarakan dengan Kemendagri, ya, di Adminduk kan itu,” kata Pratikno dikutip dari Kompas.com di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu 5 November 2025.
Selain itu, Pratikno menegaskan pihaknya akan menelusuri peristiwa tersebut agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami lacak, ya,” ujarnya singkat.
Sementara, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyayangkan tindakan rumah sakit yang menolak memberikan perawatan kepada Repan. Ia menilai seharusnya kasus tersebut dipandang sebagai masalah kemanusiaan.
"Ya, kita sayangkan ya, harusnya yang sudah apapun ya, itu harus ditangani. Ini masalah kemanusiaan, jangan lihat KTP-nya,” jelas Fadli.
Diketahui, Repan (16), warga Baduy Dalam, menjadi korban pembegalan di Jalan Pramuka Raya, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, pada Minggu (26/10/2025).
Ia dibegal oleh empat pria tak dikenal saat berjalan kaki menjajakan madu di sekitar saluran kali Jalan Pramuka Raya sekitar pukul 04.15 WIB.
Kepala Seksi Humas Polres Metro Jakarta Pusat, Iptu Ruslan Basuki, menyebut kasus tersebut telah dilaporkan ke Polsek Cempaka Putih pada Minggu (2/11/2025). Hingga kini, polisi masih memburu keempat pelaku.
Ruslan menambahkan, saat ini Repan telah kembali ke Kampung Cikesik, Desa Kanekes, Baduy Dalam, Kabupaten Lebak. (A ABDULROHIM)
